Tulang ikan jambal. Itulah menu andalannya. Sebenernya aku bukan tipe orang yang telaten menggerogoti ikan sampe ke tulang-tulangnya. Tapi karena penasaran sama liputan di salah satu TV swasta, aku nyobain juga. Pertama kali nyoba udah lama, nitip sama OB kantor. Kesan pertama begitu menggoda.
Akhir pekan lalu, karena bingung mau makan apa, akhirnya aku ke Jalan Ternate. Makan nasi tulang jambal lagi. Kali ini makan di tempat. Kedainya kecil, tapi rame banget karena kebetulan pas jam makan siang. Yang datang kebanyakan anak-anak muda.
Meski ada menu lain kayak ayam goreng dan gepuk, yang paling digemari emang si tulang jambal ini. Aku pesen paket 1 yang berisi nasi, dua potong tulang ikan jambal, tahu-tempe, plus lalapan. Tulang jambalnya entah dimasak apa, yang jelas rasanya agak-agak asem manis dan super pedes. Penampakannya didominasi serpihan-serpihan cabe merah dan taburan biji cabe yang udah berwarna item. Aku rasa mereka pake cabe kering juga deh. Pertama-tama pedesnya berasa normal, tapi lama-lama bisa bikin megap-megap bin ingus keluar (hii..jorok!).
Karena judulnya aja tulang, dagingnya emang sedikit. Butuh usaha keras untuk menggerogoti tulang demi mendapatkan seuprit daging. Tapi di situlah serunya.
Oya, ada yang sedikit unik di kedai itu, yaitu penampilan para pramusaji. Semuanya cowok (ada satu bapak juga ding) dengan penampilan agak metal. Bahkan ada beberapa yang bertatanan rambut mohawk. Tapi bukan ini kok alasan yang akan membawaku ke sini lagi :p
Tulang Jambal, Jalan Ternate Bandung (Belakang 18th Park Distro)
Paket 1 (nasi, tulang jambal, tahu-tempe) : Rp 11.500
Paket 2 (nasi, ayam goreng, tahu-tempe) : Rp 12.000
Paket 3 (nasi, gepuk, tahu-tempe) : Rp 12.500
Dikenakan tambahan biaya Rp 500 untuk box kalo makanan dibawa pulang
Monday, January 14, 2008
Rumah (Rumahan) Sosis
Jumat lalu aku diajak LSD liputan ke Lembang. Dengan senang hati aku ikut, itung-itung jalan-jalan. Dalam perjalanan ke Lembang, kami udah nentuin Rumah Sosis sebagai tempat makan siang.
Selesai LSD liputan dan aku foto-foto (baca: difoto), kami segera menuju ke Rumah Sosis di Jalan Setiabudi. Namanya aja ”rumah sosis”, aku udah ngebayangin di sana tersedia aneka macam hidangan serba sosis. Apalagi, di samping pintu gerbang tertancap tulisan “Rumah Sosis” dengan ukuran huruf gede-gede. Di gerbang masuk ada plakatnya. Di dalem juga ada. Tak ketinggalan, lampu-lampu hias berbentuk sosis bergelantungan di seluruh penjuru.
Kami gak langsung makan, tapi lihat-lihat sekilas wahana apa aja yang ada di sana. Ada flying fox, ATV, kolam renang, air soft gun, dan rumah pohon. Ada juga kudapan seperti jadah bakar, baso tahu, sate, dan es oyen yang dijual di gerobak-gerobak.
Karena berniat makan sosis, kami menuju ke resto. Di pojok depan pendopo resto ada meja kecil dengan dua orang yang sedang sibuk bakar-bakar sosis. Kami bertanya harus pesan sosis di meja itu atau di dalam resto. Si mas bilang pesan lewat dia, sedangkan minuman pesan di resto. Oya, dari sedikit pilihan sosis yang tersedia (kalo gak salah lima), tinggal dua pilihan: super bockwurst dan black pepper (kecewa satu). Ya udah kami pesen keduanya. Tak lupa kami bilang bahwa sosis akan dimakan di tempat, tidak dibawa pulang.
Sambil menunggu sosisnya mateng, kami pesan minum (fruit tea dan es teh lemon) sama camilan (cikuwa). Aku juga melototin daftar menu, mastiin apa ada hidangan serba sosis lainnya tertulis di situ. Ternyata nggak ada. Semuanya non-sosis. Jadi untuk makan sosis emang harus pesen di meja depan itu. Pesenan pun datang. Penampilannya sangat jauh dari bayanganku. Boro-boro disajikan dalam piring cantik, apalagi hot plate, ternyata sosis cuma dikemas dalam plastik mika. Sementara sausnya dibungkus plastik bening biasa. Perlengkapan lainnya cuma garpu dan satu piring kertas. Susah juga makan sosis tanpa ada pisau (kecewa dua). Belakangan tau dari Mbak Retma kalo kita bisa minta tolong agar sosisnya dipotong-potong sekalian. Ya, mana tau, orang bayanginnya sosis datang dalam hot plate!!!
Rasa sosisnya sendiri biasa banget (kecewa tiga). Gak ada istimewanya sama sekali. Black peppernya sedikiiiit lebih baik dibandingkan super bockwurst. Satu-satunya yang agak menghibur hanya si cikuwa, camilan dari ikan (nggak tau ikan apa) yang sepertinya dicampur dengan tepung, dibentuk silinder, trus digoreng. Teksturnya kenyal-kenyal gitu. Kalo rasa, mirip lah sama otak-otak. Awalnya enak sih, cuma lama-lama agak enek. Padahal porsinya enggak begitu besar, dan kami makan berdua lagi.
Akhirnya aku pulang dengan sedikitnya tiga kekecewaan. Cukup sekali aja deh makan sosis di sana Gak maw maw lagi :(( Pelajaran moral hari ini: jangan mudah percaya sama penampilan luar.
Rumah Sosis, Jalan Setiabudi
Super bockwurst Rp 16.000
Black pepper Rp 9.000
Cikuwa Rp 13.000
Es teh lemon Rp 6.500
Selesai LSD liputan dan aku foto-foto (baca: difoto), kami segera menuju ke Rumah Sosis di Jalan Setiabudi. Namanya aja ”rumah sosis”, aku udah ngebayangin di sana tersedia aneka macam hidangan serba sosis. Apalagi, di samping pintu gerbang tertancap tulisan “Rumah Sosis” dengan ukuran huruf gede-gede. Di gerbang masuk ada plakatnya. Di dalem juga ada. Tak ketinggalan, lampu-lampu hias berbentuk sosis bergelantungan di seluruh penjuru.
Kami gak langsung makan, tapi lihat-lihat sekilas wahana apa aja yang ada di sana. Ada flying fox, ATV, kolam renang, air soft gun, dan rumah pohon. Ada juga kudapan seperti jadah bakar, baso tahu, sate, dan es oyen yang dijual di gerobak-gerobak.
Karena berniat makan sosis, kami menuju ke resto. Di pojok depan pendopo resto ada meja kecil dengan dua orang yang sedang sibuk bakar-bakar sosis. Kami bertanya harus pesan sosis di meja itu atau di dalam resto. Si mas bilang pesan lewat dia, sedangkan minuman pesan di resto. Oya, dari sedikit pilihan sosis yang tersedia (kalo gak salah lima), tinggal dua pilihan: super bockwurst dan black pepper (kecewa satu). Ya udah kami pesen keduanya. Tak lupa kami bilang bahwa sosis akan dimakan di tempat, tidak dibawa pulang.
Sambil menunggu sosisnya mateng, kami pesan minum (fruit tea dan es teh lemon) sama camilan (cikuwa). Aku juga melototin daftar menu, mastiin apa ada hidangan serba sosis lainnya tertulis di situ. Ternyata nggak ada. Semuanya non-sosis. Jadi untuk makan sosis emang harus pesen di meja depan itu. Pesenan pun datang. Penampilannya sangat jauh dari bayanganku. Boro-boro disajikan dalam piring cantik, apalagi hot plate, ternyata sosis cuma dikemas dalam plastik mika. Sementara sausnya dibungkus plastik bening biasa. Perlengkapan lainnya cuma garpu dan satu piring kertas. Susah juga makan sosis tanpa ada pisau (kecewa dua). Belakangan tau dari Mbak Retma kalo kita bisa minta tolong agar sosisnya dipotong-potong sekalian. Ya, mana tau, orang bayanginnya sosis datang dalam hot plate!!!
Rasa sosisnya sendiri biasa banget (kecewa tiga). Gak ada istimewanya sama sekali. Black peppernya sedikiiiit lebih baik dibandingkan super bockwurst. Satu-satunya yang agak menghibur hanya si cikuwa, camilan dari ikan (nggak tau ikan apa) yang sepertinya dicampur dengan tepung, dibentuk silinder, trus digoreng. Teksturnya kenyal-kenyal gitu. Kalo rasa, mirip lah sama otak-otak. Awalnya enak sih, cuma lama-lama agak enek. Padahal porsinya enggak begitu besar, dan kami makan berdua lagi.
Akhirnya aku pulang dengan sedikitnya tiga kekecewaan. Cukup sekali aja deh makan sosis di sana Gak maw maw lagi :(( Pelajaran moral hari ini: jangan mudah percaya sama penampilan luar.
Rumah Sosis, Jalan Setiabudi
Super bockwurst Rp 16.000
Black pepper Rp 9.000
Cikuwa Rp 13.000
Es teh lemon Rp 6.500
Saturday, January 12, 2008
Berjuta Rasa di Pengujung Tahun
Judulnya hiperbola banget yak. Berlebihan. Emang aku makan apaan sih?
Simak aja deh tur makan-makanku di hari terakhir tahun 2007.
Rasa Bakery and Café
Tempat yang kesohor sebagai gudangnya es krim yummy ini udah lama kuincer, tapi baru sempet didatengin tanggal 31 Desember lalu. Bukan karena terlalu sibuk atau saking gak punya duit, tapi gara-gara nazar gak penting. Beberapa bulan sebelumnya, aku dan tetangga sebelah punya nazar makan es krim Rasa pake duit celengan. Asal tau aja, kami punya celengan berbentuk tabung diameter 7 cm dan tinggi 29 cm yang kami isi uang logam 500 dan 1.000 rupiah. Sekian bulan berlalu, celengan itu gak penuh-penuh. Karena udah ngebet, aku memaksa pergi ke Rasa pake uang di dompet :p Lupakan celengan, lupakan nazar.
Lepas jam 14.00 dengan penuh semangat kami berangkat. Parkiran udah penuh mobil. Mungkin hanya kami yang naek motor. Tapi siapa tau juga banyak yang ngangkot? Whatever, gak penting.
Setelah dapet tempat duduk yang nyaman, aku langsung pesen Coconut Royal, es krim yang paling diunggulkan, dan es teh lemon. Indah pesen beef teriyaki dan es teh. Aku sengaja gak pesen makanan lain dulu biar bisa menikmati es krim dengan senikmat-nikmatnya.
Coconut Royal terdiri dari tiga scoop es krim (coklat, cocopandan, vanilla) yang disajikan bersama buah kalengan dan sepotong biskuit semacam wafer (ato kue semprong ya?) di dalam setengah batok kelapa muda. Rasa es krimnya gak pasaran, khas buatan rumahan gitu (entah rumah siapa, yang jelas bukan rumahku). Buah kalengan, kelapa muda, dan biskuitnya standar aja sebenernya. Tapi perpaduan semua elemen membentuk satu rasa: enakkk!!! Hehehe. Kalo biasanya tiga scoop es krim udah cukup mengenyangkan, ini belom (enak apa aku laper ya?) Sambil makan es krim ini, tiba-tiba aku dapat ide cemerlang. Nanti kalo mudik, mau bikin es krim ala Coconut Royal ini sampe mabok secara di kebun mbahku banyak pohon kelapa. Tinggal beli es krim literan, wafer stick, bikin cocktail, jadi deh. Bisa mabok es krim rame-rame. Buat pemimpin Rasa beserta jajarannya, jangan sewot ya kalo resepnya diadaptasi :p
Balik ke makanan. Beef teriyakinya Indah enak juga. Bumbunya berempah. Indonesia banget. Potongan daging sapinya juga empuk. Mengingatkannya pada bistik masakan nenek (ngarang!).
Untuk minuman, Indah sebagai pencinta teh bilang tehnya enak. Ada rasa sepet-sepetnya. Sementara aku yang sedang belajar menikmati teh berpendapat lumayan. Kalo di Jawa Tengah-Yogya, mungkin rasa seperti itu bisa didapat dari teh cap Catut atau Tang (maaf sebut merek, bukan bermaksud promosi loh).
Belum puas dengan es krim aja, aku pesen kroket isi daging plus sayuran, pastry isi daging, dan tiga biji coklat. Kroket dan pastrinya enak. Coklatnya mengecewakan, cuma menang tampang doang. Rasanya gak lebih dari tim-timan coklat putih yang banyak beredar di pasaran itu. Oya, Indah sempet nyobain es krim cup rasa rum raisin. Enak, enggak enek. Dasar aku emang doyan es krim sih.
Ada banyak menu makanan di sini, mulai dari kue-kue, pastry, coklat, wafel, sampe makanan berat ala Barat dan Indonesia. Tapi kebanyakan pengunjung datang untuk mengudap, makan es krim dan kue-kue kecil sambil berlama-lama ngobrol. Tempatnya cukup nyaman untuk segala usia :) Gak nyesel deh datang ke tempat ini. Suatu saat aku pasti kembali.
Rasa Bakery and Café
Jalan Tamblong, Bandung
Coconut Royal Rp 17.000
Beef teriyaki Rp 20.000
Es teh Rp 5.500
Es teh lemon Rp 7.500
Coklat Rp 1.500
Kroket Rp 3.500
Pastry Rp 4.500
Pajak 10 persen
Jagung Bakar 4 Rasa
Malem harinya, sambil liat-liat keramaian Tahun Baru, kami nongkrong di kios Jagung Bakar 4 Rasa di Jalan Dago, tepatnya di seberang Superindo. Warung kecil ini tampaknya lumayan kondang. Di salah satu bagian warungnya ada kumpulan banyak tanda tangan, tapi entah tanda tangan siapa, enggak sempet merhatiin. Aku bahkan enggak sempet ngecek, 4 rasa tuh apa aja. Abis aku kebagian jaga tempat duduk di halte biar gak diambil orang :p Aku pikir, paling variasi rasanya gak jauh-jauh dari asin, manis, pedes, ato asam manis. Hehe. Indah mesen dua porsi jagung bakar pedes keju versi serutan. Sementara aku sibuk foto-fotoin jagung bakarnya, Indah udah ngabisin setengah porsi. Ehm, rasanya emang enak. Bumbunya banyak, meleleh di antara butiran-butiran jagung. Tiba-tiba jagung terasa istimewa. Padahal, di kampung halamanku sana jagung teronggok di mana-mana :p
Jagung Bakar 4 Rasa
Jalan Dago, Seberang Superindo
Jagung bakar pedes keju Rp 6.000
Nasi Goreng Aki Rasa Cinta
Setelah lama ditunggu-tunggu, akhirnya Aki muncul lagi, sejam sebelum tahun 2007 berganti. Mumpung lagi mangkal di depan kos, aku mesen seporsi nasi goreng pedes. Kebetulan seharian belom makan berat. Beda sama kebanyakan tukang nasi goreng yang memanfaatkan saus sambel untuk bumbu pemedas, Aki make irisan cabe merah segar di nasi gorengnya. Daging ayam yang digunakan juga istimewa. Dagingnya padat, tanpa lemak, dan diiris besar-besar. Selain itu, nasi goreng dimasak di atas bara arang. Masih tradisional banget deh. Untuk ukuran nasi goreng keliling dan kaki lima, nasi goreng Aki ini juara.
Yang tak kalah mengesankan adalah sosok Aki sendiri. Sampe usianya yang udah sangat sepuh, Aki masih bertahan berjualan dengan mendorong gerobak. Sambil berjalan-jalan, katanya. Mangkal di satu tempat malah bikin dia capek karena enggak bisa ke mana-mana. Tipikal orang tua Jawa banget.
Jadilah, seporsi nasi goreng Aki sebagai hidangan penutup tahun 2007. Semoga perjuangan Aki yang tak kenal lelah menjadi inspirasi bagiku untuk menyongsong tahun baru dengan penuh semangat. Semangaaaattt!!!
Nasi dan Mi Goreng Aki
Simak aja deh tur makan-makanku di hari terakhir tahun 2007.
Rasa Bakery and Café
Tempat yang kesohor sebagai gudangnya es krim yummy ini udah lama kuincer, tapi baru sempet didatengin tanggal 31 Desember lalu. Bukan karena terlalu sibuk atau saking gak punya duit, tapi gara-gara nazar gak penting. Beberapa bulan sebelumnya, aku dan tetangga sebelah punya nazar makan es krim Rasa pake duit celengan. Asal tau aja, kami punya celengan berbentuk tabung diameter 7 cm dan tinggi 29 cm yang kami isi uang logam 500 dan 1.000 rupiah. Sekian bulan berlalu, celengan itu gak penuh-penuh. Karena udah ngebet, aku memaksa pergi ke Rasa pake uang di dompet :p Lupakan celengan, lupakan nazar.
Lepas jam 14.00 dengan penuh semangat kami berangkat. Parkiran udah penuh mobil. Mungkin hanya kami yang naek motor. Tapi siapa tau juga banyak yang ngangkot? Whatever, gak penting.
Setelah dapet tempat duduk yang nyaman, aku langsung pesen Coconut Royal, es krim yang paling diunggulkan, dan es teh lemon. Indah pesen beef teriyaki dan es teh. Aku sengaja gak pesen makanan lain dulu biar bisa menikmati es krim dengan senikmat-nikmatnya.
Coconut Royal terdiri dari tiga scoop es krim (coklat, cocopandan, vanilla) yang disajikan bersama buah kalengan dan sepotong biskuit semacam wafer (ato kue semprong ya?) di dalam setengah batok kelapa muda. Rasa es krimnya gak pasaran, khas buatan rumahan gitu (entah rumah siapa, yang jelas bukan rumahku). Buah kalengan, kelapa muda, dan biskuitnya standar aja sebenernya. Tapi perpaduan semua elemen membentuk satu rasa: enakkk!!! Hehehe. Kalo biasanya tiga scoop es krim udah cukup mengenyangkan, ini belom (enak apa aku laper ya?) Sambil makan es krim ini, tiba-tiba aku dapat ide cemerlang. Nanti kalo mudik, mau bikin es krim ala Coconut Royal ini sampe mabok secara di kebun mbahku banyak pohon kelapa. Tinggal beli es krim literan, wafer stick, bikin cocktail, jadi deh. Bisa mabok es krim rame-rame. Buat pemimpin Rasa beserta jajarannya, jangan sewot ya kalo resepnya diadaptasi :p
Balik ke makanan. Beef teriyakinya Indah enak juga. Bumbunya berempah. Indonesia banget. Potongan daging sapinya juga empuk. Mengingatkannya pada bistik masakan nenek (ngarang!).
Untuk minuman, Indah sebagai pencinta teh bilang tehnya enak. Ada rasa sepet-sepetnya. Sementara aku yang sedang belajar menikmati teh berpendapat lumayan. Kalo di Jawa Tengah-Yogya, mungkin rasa seperti itu bisa didapat dari teh cap Catut atau Tang (maaf sebut merek, bukan bermaksud promosi loh).
Belum puas dengan es krim aja, aku pesen kroket isi daging plus sayuran, pastry isi daging, dan tiga biji coklat. Kroket dan pastrinya enak. Coklatnya mengecewakan, cuma menang tampang doang. Rasanya gak lebih dari tim-timan coklat putih yang banyak beredar di pasaran itu. Oya, Indah sempet nyobain es krim cup rasa rum raisin. Enak, enggak enek. Dasar aku emang doyan es krim sih.
Ada banyak menu makanan di sini, mulai dari kue-kue, pastry, coklat, wafel, sampe makanan berat ala Barat dan Indonesia. Tapi kebanyakan pengunjung datang untuk mengudap, makan es krim dan kue-kue kecil sambil berlama-lama ngobrol. Tempatnya cukup nyaman untuk segala usia :) Gak nyesel deh datang ke tempat ini. Suatu saat aku pasti kembali.
Rasa Bakery and Café
Jalan Tamblong, Bandung
Coconut Royal Rp 17.000
Beef teriyaki Rp 20.000
Es teh Rp 5.500
Es teh lemon Rp 7.500
Coklat Rp 1.500
Kroket Rp 3.500
Pastry Rp 4.500
Pajak 10 persen
Jagung Bakar 4 Rasa
Malem harinya, sambil liat-liat keramaian Tahun Baru, kami nongkrong di kios Jagung Bakar 4 Rasa di Jalan Dago, tepatnya di seberang Superindo. Warung kecil ini tampaknya lumayan kondang. Di salah satu bagian warungnya ada kumpulan banyak tanda tangan, tapi entah tanda tangan siapa, enggak sempet merhatiin. Aku bahkan enggak sempet ngecek, 4 rasa tuh apa aja. Abis aku kebagian jaga tempat duduk di halte biar gak diambil orang :p Aku pikir, paling variasi rasanya gak jauh-jauh dari asin, manis, pedes, ato asam manis. Hehe. Indah mesen dua porsi jagung bakar pedes keju versi serutan. Sementara aku sibuk foto-fotoin jagung bakarnya, Indah udah ngabisin setengah porsi. Ehm, rasanya emang enak. Bumbunya banyak, meleleh di antara butiran-butiran jagung. Tiba-tiba jagung terasa istimewa. Padahal, di kampung halamanku sana jagung teronggok di mana-mana :p
Jagung Bakar 4 Rasa
Jalan Dago, Seberang Superindo
Jagung bakar pedes keju Rp 6.000
Nasi Goreng Aki Rasa Cinta
Setelah lama ditunggu-tunggu, akhirnya Aki muncul lagi, sejam sebelum tahun 2007 berganti. Mumpung lagi mangkal di depan kos, aku mesen seporsi nasi goreng pedes. Kebetulan seharian belom makan berat. Beda sama kebanyakan tukang nasi goreng yang memanfaatkan saus sambel untuk bumbu pemedas, Aki make irisan cabe merah segar di nasi gorengnya. Daging ayam yang digunakan juga istimewa. Dagingnya padat, tanpa lemak, dan diiris besar-besar. Selain itu, nasi goreng dimasak di atas bara arang. Masih tradisional banget deh. Untuk ukuran nasi goreng keliling dan kaki lima, nasi goreng Aki ini juara.
Yang tak kalah mengesankan adalah sosok Aki sendiri. Sampe usianya yang udah sangat sepuh, Aki masih bertahan berjualan dengan mendorong gerobak. Sambil berjalan-jalan, katanya. Mangkal di satu tempat malah bikin dia capek karena enggak bisa ke mana-mana. Tipikal orang tua Jawa banget.
Jadilah, seporsi nasi goreng Aki sebagai hidangan penutup tahun 2007. Semoga perjuangan Aki yang tak kenal lelah menjadi inspirasi bagiku untuk menyongsong tahun baru dengan penuh semangat. Semangaaaattt!!!
Nasi dan Mi Goreng Aki
Keliling dari Kiaracondong-Muararajeun
Nasi Goreng Rp 8.000
Nasi Goreng Rp 8.000
Wednesday, January 9, 2008
Kata Pengantar
Hehehehe. Kaya buku atau skripsi ajah, pake kata pengantar segala.
Well, hari ini aku meluncurkan blog ketiga setelah blog personal dan blog masak-masakanku.
Blogholic? Nggak juga sih. Cuma pengen mengarsipkan perjalanan cicip-cicipku aja. Soalnya sejak di Bandung, wisata kuliner jadi kegiatan utamaku di akhir pekan. Sayang kalo gak terdokumentasi.
Tapi, jangan berharap tulisan-tulisan yang ada di sini sedetail reviewnya pegiat kuliner macem Bondan Winarno ya....
Well, hari ini aku meluncurkan blog ketiga setelah blog personal dan blog masak-masakanku.
Blogholic? Nggak juga sih. Cuma pengen mengarsipkan perjalanan cicip-cicipku aja. Soalnya sejak di Bandung, wisata kuliner jadi kegiatan utamaku di akhir pekan. Sayang kalo gak terdokumentasi.
Tapi, jangan berharap tulisan-tulisan yang ada di sini sedetail reviewnya pegiat kuliner macem Bondan Winarno ya....
Subscribe to:
Posts (Atom)