Tuesday, May 4, 2010

Sekali Gowes, Dua Warung Terlampaui

Tau dong, kalo belakangan ini aku demen banget gowes kesana kemari. Bosen dengan rute jalanan kota yang datar, temen-temen mulai keracunan jalur nanjak. Gowes sengsara kalo aku bilang, mah. Dan aku ternyata gak luput jadi korban "kompor meleduk" mereka.

Sebagai permulaan, target kita cuma sampe Taman Hutan Raya Ir H Djuanda ato yang lebih tenar dengan nama Tahura. Dari Terminal Dago terusss...sekitar 200 meter kali ya, ada belokan ke kiri (ada plangnya kok), nah ikuti aja jalan itu sampai nemu Tahura. Jaraknya enggak jauh, tapi dijamin bikin ngos-ngosan karena jalannya nanjak terus.

Meski judulnya gowes, aku tetap punya misi berburu makanan. Gowes doang tanpa makan-makan itu hambar. Di gerbang Tahura naik dikit ada Warung Pakar, warung kecil warna merah (makanya kita sering menyebutnya Warung Merah), yang menjual aneka jajan pasar, makanan kecil, juga teh panas. Meski ga terlalu istimewa, jenis makanannya lumayan beragam: tahu sumedang, tahu isi, kue putri noong, kue lapis, onde-onde, combro, bala-bala, dll. Bahkan ada roti ganjel rel khas Semarang. Tiga-empat kali mampir, stoknya beda-beda.

Dari yang biasa-biasa aja itu, ada bacang yang cukup direkomendasikan. Tapi, kata temen kantor, bacangnya kecil-kecil. Padaal setelah aku liat, normal-normal aja tuh. Menikmati bacang dengan segelas teh manis panas setelah gowes nanjak penuh perjuangan, menguras keringat dan air mata (lebaaaay), itu yang membuat rasanya istimewa.

Energi yang sempet terkuras pun seakan pulih. Jadi, aku bisa melanjutkan perjalanan menuju tempat yang lebih tinggi, Warung Bandrek alias Warban, yang (hanya) berjarak berjarak sekitar 2,5 km. Ya, emang deket secara jarak, tapi tanjakannya makin ajibbb. Beberapa kali aku harus tuntun bike (TTB) meski udah ganti sepeda yang lebih ringan gowesannya.

Walopun mata disuguhi pemandangan indah di sepanjang perjalanan--pepohonan rindang, juga gunung nun jauh di sana--karena capek sempet juga aku ngomel-ngomel. Tenaga udah habis kok nggak sampai-sampai :((. Tapi, demi mengantongi "sertifikat" sebagai penggowes Bandung (kata temen-temen, belum bisa disebut penggowes Bandung kalo belum sampe Warban), aku menguatkan tekat harus sampe sana, paling ga sekali, hehehe.

Singkat cerita, sampailah di warung kecil dengan pemandangan hutan pinus, vila, dan Gunung Tangkubanparahu. Warung yang kesohor banget di kalangan penggowes, gak hanya yang dari Bandung, tapi juga luar kota, ini buka 24 jam.
Menu favorit penggowes, apalagi kalo bukan bandrek. Selain itu, ada aneka gorengan, tape ketan, dan buah. Buat yang kelaperan, ada juga makanan berat (nasi) lengkap dengan lalap pete. Aku pesen bandrek susu, yang ternyata disajikan dalam porsi jumbo. Awalnya sih minta yang tanpa susu, tapi setelah dicicipin kurang yahud.

Bandrek susu khas Warban ini terasa begitu nikmat karena pagi itu aku lulus Warban meski dengan predikat TTB *bangga* Sampai tulisan ini diturunkan (haiyaahh, bahasanya koran banget), aku sudah dua kali ke Warban, dan yang terakhir ketemu bugis ketan item yang enakk. Meski gowes kedua masih dengan TTB, tetep bangga dooong :))

**Total kerusakan di setiap warung untuk teh/bandrek dan makanan kecil gak akan nyampe Rp 10.000 (kalo porsinya nggak ngamuk loh yaaa). Tapi harap dicatat, semua sajian itu hanya enak ketika didahului dengan gowes, ato kalo ga mau, ya jalan...pokoknya mesti bersusah payah dulu deh. ..hehe.