Black Market Food Outlet. Namanya unik ya. Beneran kok ini tempat makan, bukan tempat transaksi barang-barang ilegal. So, jangan khawatir kita bakal ditangkep aparat kepolisian. Lokasinya di Jalan RE Martadinata Bandung yang berbatasan dengan sudut Jalan Aceh, deket Taman Pramuka, (punten yaaak, lupa ngeliatin nomornya). Tempat makan ini kalau gak salah baru diresmikan beberapa minggu lalu.
Konsepnya seperti pujasera yang menempati semacam pendopo terbuka dengan pemandangan keramaian Jalan RE Martadinata. Di salah satu sisinya berderet gerai-gerai makanan dengan nama menu yang ditulis dengan kapur, sedangkan di bagian tengah ada meja kasir. Selebihnya diisi meja dan kursi untuk pengunjung. Di bangunan laen, masih dalam satu area, akan segera dibangun fashion gallery.
Menu yang ditawarkan antara lain Lotek Alkateri, Gudeng Bu Ratna (yang katanya pake ayam kampung), Mi Kemuning, Soto Ahri-Garut, gado-gado, nasi bakmoy, iga bakar, nasi pepes, dan mi kocok. Untuk cemilan ada tahu gejrot, gorengan, dan rujak ulek (rujak teh cemilan apa bukan ya? asal nih nyebut cemilan). Di barisan minuman ada aneka jus, teh, dan gak mau kalah unjuk gigi, bandrek dan bajigur. Bandung gitu looohh… Aku nyobain tempat ini beberapa hari lalu. Siang-siang pas laper, ditelpon temen diajakin makan. Pake dijemput pula. Wah kebeneran banget. Maka meluncurlah kami ke sana. Aku sendiri merasa agak aneh karena jadwal wisata kulinerku biasanya hanya akhir pekan. Hari biasa paling makan di warung deket kosan. Dengan kostum siap ke kantor (padahal kostumnya t-shirt dan jins) dan makan siang di luar, aku berasa seperti mbak-mbak yang kerja nine to five. Hehehe.. Malah ngelantur…
Okay, kembali ke makanan, aku pesen Soto Ahri-Garut. Karena gak punya bayangan sama sekali soto macam apakah itu, aku pun tanya ke mas pramusaji, yang dijelaskan bahwa itu adalah soto daging sapi berkuah santan. Sementara itu, temenku pesen gado-gado. Entah gado-gado mana, gak ada mereknya sih. Untuk minuman gak usah dibahas ya, karena kami cuma pesen teh, dalam kemasan lagi.
Gak lama kemudian, pesenan kami datang. Pesenanku terdiri dari semangkok soto, nasi dalam piring terpisah, serta potongan jeruk dan bubuk cabe. Gak ada sambel lain. Lain daripada yang lain nih. Belum pernah nemu soto seperti ini. Sotonya sendiri emang bener berkuah santan cukup kental dengan isian minimalis, yaitu daging sapi (yang untung porsinya gak minimalis) dan kedelai goreng. Rada mirip soto Bandung ya secara isi. Sebage taburan ada bawang goreng dan daun seledri. Rasa sotonya rada manis, dan meskipun santannya cukup kental, enggak bikin eneg. Dagingnya juga bener-bener daging tanpa lemak. Sangat bersahabat untuk aku yang ”gilo” liat lemak di masakan.
Temenku juga menikmati gado-gadonya. Bumbu kacangnya halus, trus sayurannya juga seger. Ada irisan nanas dan jagung manisnya.
Siang itu kami cukup puas makan di sana dan ke kantor dengan hati riang….meski sudah ditunggu oleh sebuah rapat yang garing :p Demikian bagi-bagi ceritanya yaaa.... Kalo mau makanannya, mangga atuh dicoba sendiri :)
Konsepnya seperti pujasera yang menempati semacam pendopo terbuka dengan pemandangan keramaian Jalan RE Martadinata. Di salah satu sisinya berderet gerai-gerai makanan dengan nama menu yang ditulis dengan kapur, sedangkan di bagian tengah ada meja kasir. Selebihnya diisi meja dan kursi untuk pengunjung. Di bangunan laen, masih dalam satu area, akan segera dibangun fashion gallery.
Menu yang ditawarkan antara lain Lotek Alkateri, Gudeng Bu Ratna (yang katanya pake ayam kampung), Mi Kemuning, Soto Ahri-Garut, gado-gado, nasi bakmoy, iga bakar, nasi pepes, dan mi kocok. Untuk cemilan ada tahu gejrot, gorengan, dan rujak ulek (rujak teh cemilan apa bukan ya? asal nih nyebut cemilan). Di barisan minuman ada aneka jus, teh, dan gak mau kalah unjuk gigi, bandrek dan bajigur. Bandung gitu looohh… Aku nyobain tempat ini beberapa hari lalu. Siang-siang pas laper, ditelpon temen diajakin makan. Pake dijemput pula. Wah kebeneran banget. Maka meluncurlah kami ke sana. Aku sendiri merasa agak aneh karena jadwal wisata kulinerku biasanya hanya akhir pekan. Hari biasa paling makan di warung deket kosan. Dengan kostum siap ke kantor (padahal kostumnya t-shirt dan jins) dan makan siang di luar, aku berasa seperti mbak-mbak yang kerja nine to five. Hehehe.. Malah ngelantur…
Okay, kembali ke makanan, aku pesen Soto Ahri-Garut. Karena gak punya bayangan sama sekali soto macam apakah itu, aku pun tanya ke mas pramusaji, yang dijelaskan bahwa itu adalah soto daging sapi berkuah santan. Sementara itu, temenku pesen gado-gado. Entah gado-gado mana, gak ada mereknya sih. Untuk minuman gak usah dibahas ya, karena kami cuma pesen teh, dalam kemasan lagi.
Gak lama kemudian, pesenan kami datang. Pesenanku terdiri dari semangkok soto, nasi dalam piring terpisah, serta potongan jeruk dan bubuk cabe. Gak ada sambel lain. Lain daripada yang lain nih. Belum pernah nemu soto seperti ini. Sotonya sendiri emang bener berkuah santan cukup kental dengan isian minimalis, yaitu daging sapi (yang untung porsinya gak minimalis) dan kedelai goreng. Rada mirip soto Bandung ya secara isi. Sebage taburan ada bawang goreng dan daun seledri. Rasa sotonya rada manis, dan meskipun santannya cukup kental, enggak bikin eneg. Dagingnya juga bener-bener daging tanpa lemak. Sangat bersahabat untuk aku yang ”gilo” liat lemak di masakan.
Temenku juga menikmati gado-gadonya. Bumbu kacangnya halus, trus sayurannya juga seger. Ada irisan nanas dan jagung manisnya.
Siang itu kami cukup puas makan di sana dan ke kantor dengan hati riang….meski sudah ditunggu oleh sebuah rapat yang garing :p Demikian bagi-bagi ceritanya yaaa.... Kalo mau makanannya, mangga atuh dicoba sendiri :)
Black Market Food Outlet
Soto Ahri-Garut : Rp 16.000
Gado-gado : Rp 15.000
Soto Ahri-Garut : Rp 16.000
Gado-gado : Rp 15.000